Monumen Syu adalah salah satu ikon yang terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto Kediri, berdekatan dengan gereja merah dan juga taman Sekartaji yang menjadi tempat berkumpulnya para anak muda Kediri. Patung pria berukuran besar serta berpakaian tentara dengan seekor burung garuda yang bertengger diatas patung tersebut. Patung yang berdiri tegak nan gagah ini membawa pistol dipingganggnya, dengan tangan kanan memegang keris lekuk tiga yang terhunus miring didepan dadanya. Nama Syu ternyata diambil dari nama salah satu komandan pembela tanah air atau biasa kita sebut PETA, yaitu Syudanco Supriadi.
Gambar: m.kaskus.co.id
Sejak jaman Belanda, Syudanco Supriadi sudah mengambil sumber daya alam Indonesia berupa tebu yang kemudian ia kirim ke Belanda. Pada tahun 1943, Belanda menyerah kepada Jepang. Lalu, Indonesia dijajah kembali oleh Jepang, Relief monumen Syu ini juga menceritakan bagaimana penderitaan rakyat Indonesia ketika romusha, serta bagaimana kejamnya Jepang yang selalu menindas rakyat Indonesia tanpa ampun pada saat itu. Seperti mengangkat bebatuan yang besar dan berat, apabila menolak maka akibatnya rakyat Indonesia akan disiksa habis-habisan. Sungguh tentara Jepang sangat semena-mena, membuat pekerja terlihat sangat kurus kering dan juga tidak ada ampun bagi yang merasa sakit sekalipun. Bulan Februari 1945, Syudanco Supriadi sebagai komandan PETA memberontak dengan membawa samurai dikiri dan keris ditangan kanan. Ia memberontak dengan tujuan menghentikan kesewenang-wenangan Jepang bersama pasukan PETA.
Gambar: m.kaskus.co.id
Jepang membuat agar PETA menyerah dan menyanggupi syarat yang diminta oleh tentara PETA. Para tentara PETA yang percaya pada janji Jepang lantas menyerah begitu saja. Namun, tidak dengan Syudanco. Ia tidak percaya begitu saja karena tahu Jepang sangat licik dan tidak mungkin menepati janji, melainkan menghilang begitu saja.
Itulah sedikit sejarah yang dapat kita ketahui tentang Syudanco Supriadi dan para pasukannya. Untuk mengenang jasa Syudanco dan pasukan PETA, maka dibuatlah monumen Syu yang berada di Karesidenan Kediri ini. Tidak terlalu sulit untuk mengabadikan patung Syudanco, asal tetap tahu aturan lalu lintas dan tetap memperhatikan saat jalan ramai atau sepi.
3 Comments
Maaf kalau dilihat dari sejarah PETA dan sejarah pendudukan Jepang di Indonesia , kata Syu atau Shu ( 州 ) adalah salah satu pembagian wilayah yang ada pada jaman Hindia Belanda , kata ini dipakai untuk wilayah yang disebut dengan Residen yang dijaman Jepang disebut Shu ( 州 ).
ReplyDeleteKeresidenan Kediri terdiri dari Kabupaten Tulungagung , Blitar dan Kediri.
Untuk Syu ( 少 ) adalah hirarki kepangkatan perwira terendah dalam satuan PETA , setara dengan Letnan Dua . Arti Syu ( 少 ) dalam bahasa Jepang adalah Pemimpin Kecil.
Jadi menurut saya ide pembuatan Patung di Kediri adalah penggambaran bahwa di kota Kediri pernah menjadi Karisidenan atau Shu dan menjadi markas dari tiga Batalyon PETA.
Saya setuju karena pada patung disertai dengan plakat yang tertulis Syu Kediri , Daidan ( Batalyon PETA ) Tulungagung , Blitar dan Kediri.
ReplyDeleteMemang benar Pangkat Supriyadi
Shōdanchō - 少団長 , tapi tidak ada hubungannya dengan nama monumen ini
Kita hargai setiap penulisan sejarah , tetapi harus berdasarkan riset yang lebih luas. Jadi tepat ide dan pembangunan Patung ini dinamai dengan Syu Kediri , karena memang ada Shu ( karisedenan ) Kediri yang terdiri kabupaten Tulungagung , Blitar Dan Kediri. Shu Kediri , terdiri dari Batalyon Tulungagung , Blitar dan Kediri sendiri.
ReplyDeleteSeperti No Pol Kendaraan AG , juga adalah peninggalan jaman Kolonial Hindia Belanda untuk Karisedenan Kediri.
Jadi sudah tepat penamaan monumen ini dengan Syu Kediri.